CINTA TANPA SYARAT

Thursday, July 11, 2013

Assalamualaikum & salam sejahtera.




CINTA TANPA SYARAT


Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yg sudah senja bahkan sudah mendekati malam, Pak Yusuf 58 tahun kesehariannya diisi dengan merawat isterinya yang sakit. Isterinya juga sudah tua. Mereka menikah sudah lebih 32 tahun. Mereka dikurniakan 9 orang anak. Di sinilah awal cubaan menerpa,setelah isterinya melahirkan anak ke sembilan tiba2 kakinya lumpuh dan tidak boleh digerakkan dan menginjak tahun ketiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang, lidahnya pun sudah tidak bisa digerakkan lagi.

Setiap hari Pak Yusuf memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan mengangkat isterinya keatas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja dia letakkan isterinya di depan TV supaya isterinya tidak merasa kesepian.

Walau isterinya tidak dapat bercakap tapi dia selalu melihat isterinya tersenyum, Untunglah tempat kerja Pak Yusuf tidak begitu jauh dari rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi isterinya makan siang. Petangnya dia pulang memandikan isterinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani isterinya menonton TV sambil menceritakan apa2 saja yg dia alami seharian.

Walaupun isterinya hanya boleh memandang tapi tidak boleh menanggapi, Pak Yusuf sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda isterinya setiap masuk tidur.

Rutin ini dilakukan Pak Yusuf lebih kurang 25 tahun, dengan sabar dia merawat isterinya bahkan sambil membesarkan ke sembilan buah hati mereka, Sekarang anak2 mereka sudah dewasa, tinggal si bungsu yg masih kuliah.

Pada suatu hari, keempat2 anak Pak Yusuf berkumpul di rumah orang tua mereka sambil menjenguk ibunya. Kerana setelah anak mereka menikah sudah tinggal dengan keluarga masing2 dan Pak Yusuf memutuskan ibu mereka dia yg merawat. Yang dia inginkan hanya satu, semua anaknya berjaya.







Dengan kalimat yg cukup hati2 anak yg sulung berkata " Bapak, kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak.........bahkan bapak tidak mengizinkan kami menjaga ibu" .

Dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata2nya "Sudah yg keempat kalinya kami mengizinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengizinkannya, sampai bila bapak menikmati masa tua bapak dengan berkorban seperti ini. Kami sudah tidak sanggup melihat bapak, kami janji kami akan merawat ibu sebaik-baiknya secara bergantian".

Pak Yusuf menjawab hal yg sama sekali tidak diduga oleh anak2 mereka. "Anak2ku ......... Jikalau perkahwinan & hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah lagi...... Tetapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian disampingku itu sudah lebih dari cukup. Dia telah melahirkan kalian. Sejenak kerongkongnya tersekat,..., Kalian, yg selalu kurindukan dapat hadir di dunia ini dengan penuh cinta dan tidak satupun dapat menggantinya dengan apapun. Cuba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti Ini. Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah batin bapak boleh bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang. Kalian menginginkan bapak yg masih diberi Tuhan kesihatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yg masih sakit. " Sejenak meledaklah tangis anak2 Pak Yusuf. Merekapun melihat butiran2 kecil jatuh di pelupuk mata ibu mereka.. Dengan pilu ditatapnya mata suami yg sangat dicintainya itu..

Di saat itulah Pak Yusuf bercerita: "Jika manusia di dunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkahwinannya, tetapi tidak mau memberi waktu, tenaga, fikiran, perhatian dan penghiburan, maka adalah sia-sia belaka atas kehidupan yang dijalaninya.

Saya memilih isteri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sihat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan mata hati dan batinnya dan dia memberi saya 9 orang anak yg comel2.. Sekarang dia sakit kerana berkorban untuk cinta kita bersama..dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. Seandainya dia sihatpun, belum tentu saya mencari penggantinya apalagi saat dia sakit seperti saat ini. Keberadaan seseorang yang mengasihi dan mencintainya sangat lah diperlukannya…." Kerana memang cinta tidak berjalan beriringan bersama dengan kata syarat...







Sungguh suatu cerita yang sangat menggetarkan hati dan dapat menjadi pelajaran untuk kita semua apakah kita boleh mencintai seseorang tanpa syarat? Cinta, seperti huraian di atas adalah suatu ungkapan rasa ingin memberikan yang terbaik -- tanpa syarat! Maka kalau kita bicara dalam konteks cinta saat ini, yang sudah mulai bergeser hanya kerana mementingkan hawa nafsu, kita tidak dapat lagi melihat erti dari kesucian cinta.

Lihatlah keadaan di sekitar kita. Orang tua kita. Bayangkan bagaimana orang tua memberikan cinta secara penuh tanpa syarat dengan berbagai macam pengorbanan. Seorang ibu yang 9 bulan mengandung dengan sangat susah payah, kemudian mengurus hingga sampai kita semua dewasa dan menghidupi diri sendiri. Demikian pula dengan pengorbanan seorang ayah yang senantiasa rela memberikan harta, keringat, tenaga, kebijaksanaan, untuk kita -- anak-anaknya.

Hiduplah dengan filosofi bagaimana membalas jasa dan kebaikan cinta orang-orang di sekitar kita. Jika ingin berlaku adil, maka sesungguhnya kita hidup dengan banyak sekali hasil pengorbanan orang-orang di sekeliling kita. Orang tua, alam, teman, persahabatan, yang tanpa mereka semua belum tentu kita boleh menjadi seperti saat ini.

Namun, sudahkah kita membalas dengan memberikan yang terbaik dalam hidup kita?

Ya Allah, jadikan kami orang-orang yang senantiasa mencintai dan memaknai cinta dengan sebenarnya untuk memberikan yang terbaik dengan hati yang tulus, ikhlas, dan hanya mengharapkan balasanMu.. :)



Kredit: Tiket Pesawat Online



You Might Also Like

0 comments

Like us on Facebook

Cbox

Subscribe