SUATU CERITA

Tuesday, September 23, 2014

Assalamualaikum & salam sejahtera.


Karang Itu Pernah Menenggelamkan




Tiga tahun lalu, layaknya sebuah perahu, aku pernah berlayar.. Dinaiki oleh orang-orang yang kukasihi. Para sahabat dari negeri seberang. Mereka mempercayaiku untuk membawa mereka ke pantai indah dengan segala iringan nyanyian persahabatan dan persaudaraan yang membahagiakan.

Sepanjang perjalanan, hembusan angin yang harum membantuku mendekati pantai tujuanku. Para sahabat di dalamku menikmati berbagai macam makanan yang nikmat, minuman yang segar, dan buah-buahan yang manis seperti manisnya perjalanan persahabatan kami.

Sesekali angin sedikit lebih kencang, menghentam perahu kecil ini, tapi kerana para sahabat yang menaikiku mendukung dengan setiap doa, aku tetap melaju di laut yang tenang. Sesekali badai kecil datang, namun semua tetap ditempuhi. Semua ini kerana cinta para sahabat yang mempercayaiku.

Pada suatu hari, aku merasa lelah, awak perahuku membuang sauhku untuk sejenak mengistirehatkan tubuhku yang lelah mengharungi lautan. Para sahabat beristirehat pada sebuah pulau yang teduh. Dari pulau itu, tampak sebuah pulau karang yang indah, gagah dan mempesonaku. Seolah ia memanggilku untuk membuang sauhku di sana. Namun aku tahu, karang itu tetaplah karang. Ia berbahaya.

Para sahabat kembali menaikiku. Mereka tahu, aku terus mengagumi pulau karang di hadapanku dan mereka memperingatkanku.

“Jangan ke sana, itu akan membahayakan mu. Ia akan menghancurkanmu dan menenggelamkanmu.” kata salah seorang sahabatku..

“Ya, jangan ke sana, carilah jalan lain atau kita akan terpisah, hancur dan pecah berantakan” kata sahabatku satu lagi..

Aku tak menghiraukan mereka. Aku terus melaju ke arahnya. Semakin dekat, aku semakin terpesona oleh kekukuhannya. Ketika para sahabatku ketakutan, aku justeru berkata dalam hatiku “tenanglah, karang itu akan melindungimu dari terjangan ombak ganas sekalipun”

Aku mendekatkan tubuhku hati-hati ke pulau karang itu. Sesaat, karang itu berkata padaku...

“Jangan percaya pada mereka, percayalah padaku, aku akan menjagamu di sini. Melindungimu dari hempasan ombak yang akan melukaimu”

Aku semakin mendekatkan badan perahuku padanya. Tak peduli apa kata mereka padaku. Mereka terus berteriak memintaku segera berlayar. Tetapi tidak kuhiraukan.

Sampai tiba-tiba aku merasakan bahawa badan perahuku mulai terluka kerana hempasan. Ombak menghempasku dan karang itu tidak melindungiku. Para sahabat berusaha menarikku dari karang itu tetapi karang itu semakin mencengkamku.

Aku menangis perlahan. Salah seorang sahabat dari jauh menawarkan dirinya untuk menjadi tempatku mengeluh tentang cengkaman kuatnya. Ia menganggukkan kepala seolah menenangkanku dan ikut mengutuk perbuatan karang itu. Perlahan aku berhasil menjauh dari karang itu kerana pertolongan para sahabatku. Aku lega mereka masih mempercayaiku dan tetap berada di perahuku.

Sesaat ketika aku berhasil menjauh, tiba-tiba karang itu menyuruh angin mendorong air agar menjadi ombak besar dan menghempaskan perahuku mendekatinya. Sangat kuat hempasannya sampai aku benar-benar dekat pada karang itu. Sangat dekat hingga aku terhempas dari ketinggian ombak, lalu menyentuh karang kukuh itu, kemudian aku sedar bahawa aku telah membunuh para sahabat yang sangat mempercayaiku dan membuat diriku sendiri pecah berantakan. Menjadi keping dan puing kayu yang remuk. Hancur, dan terapung tak tentu arah.

Seekor burung camar menghampiri kepinganku. Ia berkata “Percayalah pada sahabatmu, ceritakan pada mereka yang jauh, agar tidak mendekati karang itu. Karang itu akan membunuh siapapun perahu cantik yang mendekatinya. Ia selalu memanggil perahu cantik lainnya ketika ia tahu bahawa perahu yang mendekatinya telah rapuh kerana hentaman ombak” lalu ia pergi.

Aku terus mengapung. Sampai akhirnya aku bertemu seorang gadis yang sedang berenang. Aku menceritakan kehancuranku, perpecahan dan matinya sahabat-sahabatku kerana karang itu. Lalu kukatakan agar ia tidak mendekati karang itu. Ia mengiakan. aku menjauhi gadis itu terbawa angin, dan …

Oh tidak, gadis itu semakin mendekat ke karang kukuh dan kejam itu. Ingin rasanya aku mencegahnya tapi apa dayaku. Karang itu sama megahnya di mata gadis itu, sama seperti aku pernah melihat kemegahannya dulu.

Dari kejauhan aku hanya berdoa ..

“Tuhan Pencipta Alam, Engkau tahu bahawa gadis itu tahu karang itu kejam dan pernah membunuh sahabat-sahabatku. Menghancurkan perahuku, memporak-perandakan kepercayaan yang diberikan kepadaku, membuang segala asaku. Mengapa sekarang ia bersamanya? Bermain dalam dakapan karang itu? Jika memang karang itu telah menjadi salju, buatlah gadis itu nyaman bersamanya. Namun, bila karang itu tetaplah karang seperti yang kulihat saat ini, maka kirimkanlah perahu gagah ke sana untuk menjemput gadis itu meraih mimpinya.. Biarkan aku yang menjadi puing dan biarkan gadis itu menemui kebahagiaannya.. “

Entah... apakah Sang Pencipta Alam mengabulkan permintaanku. Namun, di setiap ayunan langkahku disapu gelombang, aku berbisik pada angin agar segera menyuruh gadis itu pergi kerana karang tak pernah berubah menjadi salju…


Dedicated to : someone who falling in love with that rockstone.. 
hope it will be look like a snow for you…



You Might Also Like

0 comments

Like us on Facebook

Cbox

Subscribe